Jumat, 21 September 2018

Entahlah... Mengapa?

Aku percaya begitu saja saat kau bilang cinta..
Mengajakku kembali menuai kisah yang dulu ada di jaman pertama kali kita memasuki putih abu-abu...
Aku percaya begitu saja…
Saat kau membisikkan cinta ditelingaku…

Di mobilmu pada malam hari itu, aku menerimamu begitu secepat mungkin…
Padahal…
Aku tahu baru sebentar saja kau telah putus dari kekasihmu itu yg telah kau sebut mantan mu disaat itu…
Tapi, entah mengapa aku percaya dari semua perkataanmu di malam itu…
Entah setan apa yang merasuki ku pada malam itu hingga aku menerima mu secepat itu padahal jika di logika kan, selama ini aku tak seperti itu…

Aku terlalu percaya diri bahwa kau akan membahagiakanku dari pahitnya kisah cintaku selama ini…
Pahit karena di tinggalkan oleh seseorang karena kematian atau alasan yg lainnya…
Aku percaya begitu saja kepadamu…
Karena segala macam hal yang kau yakini kepadaku, semua memang terlihat sangat jelas bahwa kau mencintaiku dan telah beruntung memiliku lagi untuk yg kedua kalinya…
Tapi sayang…
Nyatanya, kau hanya ingin memberitahukan kepada dunia bahwa kau telah bisa melupakan masa lalu mu itu dengan cara kau juga mampu mendapatkan kekasih yang baru seperti masa lalu mu itu…

Caramu salah Mas…
Jika niatanmu seperti itu, mengapa harus aku?
Padahal beberapa mereka disaat itu lebih mengagumimu di bandingkan aku…
Tapi mengapa kau justru memilihku?
Memilihku lagi untuk yang kedua kalinya…
Padahal mereka yang belum pernah menjadi kekasihmu, amat sangat ingin sekali menjadi kekasihmu..
Tapi entahlahlah..
Pikiran tak seimbang lah yang membuatmu menjadi seperti itu…

Jangan kau pikir diriku kuat selama ini karena pernah ditinggalkan kekasih karena kematian dan seenaknya kau permainkan diriku karna kau tahu jika diriku memanglah sangat kuat jika harus kau permainkan…
Tolong jangan berpikir seperti itu…
Terkadang yang terlihat baik-baik saja oleh mata, belum tentu baik-baik saja jika dirasakan oleh hati…

Aku tidak bisa menjadi jahat ketika aku jatuh cinta padamu…
Meskipun dari awal niatan mu begitu jahat kepadaku dengan menjadikanku sebagai kenekatanmu…

Mas…
Kau ingat malam itu?
Tepatnya di malam minggu,
Ketika kita berdebat dan bertengkar kala itu…
Kau mengutarakan dengan sejujurnya kepadaku…
Kau memilih mengakhiri…
Kau menyuruhku pergi dari hidumu…
Begitu berat yang kurasa malam itu,
Namun keputusanku yang akhirnya ku putuskan untuk pergi dari hidupmu ternyata tidak sangat ku sesali hingga saat ini…
Ternyata, Tuhan telah menyadarkanku bahwa dirimu bukanlah yang terbaik untukku…
Kau bilang bukan aku saja yang terluka, tapi dirimu juga terluka…
Kau bilang ingin bahagia…
Jadi gini,
Kau ingin bahagia tapi kau sendiri merusak kebahagiaan orang lain…
Apa adil jika begitu mas?
Coba tolong renungkan…


Rabu, 19 September 2018

Haruskah ku memaafkannya?

Ombak lautan yang sangat deras…
Panasnya matahari yang silau…
Mengingatkanku akan kejadian saat itu…
Yang ku pikir berlian laut, tapi nyatanya kerikil batu laut…
Yang ku pikir hanya mendung, tapi nyatanya hujan deras tak bisa terbendung…

Haruskah ku memaafkannya?
Pada langit yang seharus nya membuat bumi kering karena silaunya matahari tapi nyatanya langit malah membuat bumi basah karena hujan yang amat sangat deras…
Untuk yang ke dua kalinya…
Langit menurunkan hujan lagi ketika pelangi telah datang karena adanya hujan di kala itu..
Entahlah?
Kecewa? Pasti…
Marah? Apalagi…
Benci? Jangan ditanya…

Bagaimana tidak?
Jika bumi sudah bersusah payah mengeringkan dirinya dari hujan di kala itu tapi justru sekarang setelah kering, langit membasahi bumi oleh hujannya lagi.
Terimakasih langit…
Karenamu, bumi sekarang percaya bahwa terkadang langit yang selalu di atas sesekali tidak akan bisa melindungi yang di bawah…

*langsung nyanyi lagunya “Via Vallen – Langit dan Bumi”


Selasa, 18 September 2018

Terlama yang tak pernah meninggalkan^^

Teruntuk mereka…

“More than 10 years”
( Latifah Nadia & Putri Amalia Peron )

“More than 7 years”
( Friska Derma Siagian & Dita Oktavia )

Kita adalah sepasang kawan meski tak setiap hari bertemu. Kamu sibuk dengan tugas-tugas kewajibanmu dan aku sibuk dengan tugas-tugas kewajibanku. Masing-masing dari kita memiliki kesibukan tersendiri karena pada hakikatnya apa yang kita miliki sekarang belum tentu bisa di bagi.

Namamu yang pertama kali aku ingat saat momen bahagia itu ada. Nomor teleponmu yang selalu ku hubungi ketika sedih atau kecewa melanda. Ya, karena kamu yang siap menyambut diriku dengan tangan terbuka dan mampu menjaga segala rahasiaku yang ada. Kamu pula yang siap mendengarkan keluh kesahku kala diriku dihantam kehilangan orang yang aku cinta. Entah kehilangan karena kematian pada saat itu atau kehilangan kala dihantam putusnya cinta. Walau sebenarnya kamu bosan dengan apa yang aku ceritakan, tapi hebatnya kamu selalu siap untuk mendengarkan semua ceritaku. Entah soal rekan kerja, gebetan baru hingga perkara keluarga. Kamu yang tak keberatan merelakan waktu demi menemaniku bicara tentang apa saja.

Persahabatan kita pun tak semulus apa yang orang kira…
Apa yang orang lain lihat baik-baik saja tapi terkadang justru sebaliknya…
Ya itulah, hidup itu penuh dengan sawang sinawang…
Kita pernah berselisih paham, sering memiliki pendapat yang bersebrangan..
Bahkan yang amat sangat ku ingat sampai detik ini,
Kita sempat tak bertegur sapa karena kesalahanku dulu yang terlalu egois mementingkan kekasihku..
Sudahlah Devv… dia telah tenang disana :)
Dan tapi nyatanya akhirnya tak ada satu pun alasan yang lantas membuat kita saling meninggalkan..

Kamu mungkin pernah kesal lantaran sifatku yang keras kepala..
Kamu bisa jadi uring-uringan menyikapi sifatku yang tidak sabaran..
Meski sudah mengenalku luar dalam, kamu tidak ada niatpun untuk meninggalkanku…
Kamu yang paling tahu sebrengsek apa aku dulu…
Kamu yang paling tahu aibku bagaimana…
Bahkan, sifat-sifat jelekku kamu yang paling tahu…

Denganmu, aku tak canggung untuk berbagi mimpi dan rencana-rencana gila. Tentang anganku yang ini itu, tentang kedepannya aku harus bagaimana…

Iya…
Memang selayaknya aku bekerja dalam diam..
Tanpa angan yang perlu diumbar dan cukup fokus saja mewujudkan harapan menjadi kenyataan…
Tapi nyatanya, aku butuh kamu yang tak bosan-bosan memberiku dukungan…
Meski terkadang caramu memberi motivasiku sangat memukul diriku..
Dan terkadang nasihatmu sering kuabaikan, kamu tetap sabar mengahadapiku…

Maka jika ditanya “siapa yang paling ku percaya?”
Aku bisa mantap menjawab kamulah orangnya…
Cerita-ceritaku yang dijamin aman dibagi denganmu, karena memang kamu yang akan baik-baik saja menjaga lisan atas segala sesuatu yang ku anggap sebagai rahasia di hidupku.

Jika suatu saat nanti kamu bertemu dengan pasangan hidupmu yang telah menjadi pilihanmu,
Percayalah….
Aku disini akan mengenangmu dengan turut bahagia…
Terimakasih untuk segala hadir dan ada lewat berbagai cara^^
Meski jarang bertukar cerita secara langsung, ketahuilah namamu tak pernah luput kubawa dalam do’a…
Kamu..... Sahabatku


Jakarta, 18 September 2018
“Dhelandar”

Senin, 17 September 2018

Takdir Kehilangan

Kedewasaan itu tentang pemahaman, proses dan juga penerimaan…
Tentang segala bentuk takdir yang sudah disiapkan Tuhan..
Bahkan saya pun setuju jika usia tidak pernah bisa menjadi jaminan kedewasaan seseorang..

Takdir atau entah apapun itu,
Semua kembali ke kesimpulan versinya masing-masing^^

Urusan kehilangan contohnya…
Entahlah tapi saya meyakini bahwa manusia normal manapun akan sedih , takut , terpuruk dan juga bertanya mengapa takdir begitu kejam mengambil orang yang disayangi…
Ingin marah atau protes?
Berharap segalanya berjalan sesuai dengan keinginan?
Terlalu egois memang jika berkesimpulan sebelum benar-benar paham apa arti dari kehilangan itu sendiri..
Dan saya tau bagaimana rasanya kehilangan..

Entah bagaimana perasaan saya dikala itu…
Kehilangan untuk selamanya dengan orang yang saya cintai…
Kehilangan untuk kedua kalinya dengan orang yang pernah saya yakini tapi akhirnya dia yang menghianati…
Kehilangan untuk penyesalan dengan orang yang pernah memperjuangkan saya tapi justru sebaliknya…

Bohong, jika saya katakan saya baik-baik saja setelah kehilangan…

Takdir dalam kematian memang tak bisa saya lawan…
Takdir dalam keyakinan hati memang tak bisa saya kontrol…
Bahkan…
Takdir dalam keterpaksaan memang tak bisa saya lakukan…

Satu-satunya hal yang menguatkan saya adalah karena saya meyakini seluruh takdir ini adalah kehendak-Nya. Penulis skenario terbaik tidak mungkin salah. Tidak pula ingkar atas semua janjinya. Menjadi pihak yang di tinggalkan memanglah menyesakkan. Tapi saya bersyukur, ketika Tuhan menyadarkan saya bahwa nyatanya cinta di dunia ini hanya ada satu. Iya cinta kepada-Nya yang akan selalu abadi sampai kapanpun…

Bahkan…
Semenjak luka saya namai dengan Do’a, saya tau bahwa kehilangan tak lagi butuh air mata^^


Jakarta, 17 September 2018
Devi Wulandari

Tentang 2021

  2021 Terimakasih 2021, Sudah menghadirkan dia yang sekarang menjadi suamiku sejak Februari lalu. Suami yg menyebalkan tapi selalu meman...